Minggu, 20 Desember 2015

Puisi penyampai Rasa



Seandainya bumi berotasi terbalik pun, kekhawatiran akan titik akhir selalu jadi bayang hitam yang tak kunjung pamit.
Garis waktu tegas membatas kejadian-kejadian.
Hanya yang tinggal yang paham rasa nyaman,
hanya yang pergi yang paham lajur perjalanan.

Pertemuan demi pertemuan telah lama jadi sarana penanam perpisahan.
Hidup serupa pekarangan kering yang hanya bisa digemburkan air mata.
Duka luka membuka ruang bagi tanah, rahim bagi anak-anak kata.
Menunggu musim semi tiba
masa di mana masa lalu tumbuh jadi bunga-bunga
dan kerinduan pertemuan menguat sepanjang ranting.

jauh sebelum peradaban dalam kepala kita dimulai
setiap pukul setengah lima selalu ada benih-benih tersemai.
Mendahului matahari, mimpi-mimpi sudah terbit mengedar akar.
Mereka tata takdir sendiri
mereka terka yang bisa diterka
meski harus pasrah ke mana angin menjatuhkan daunnya.

Begitu rumit kenangan menyerabut teras rumah kita.
Aku pun tak tahu kapan perdu-perdu mengurai buah manis
pun tak paham bagaimana melati yang cantik dilibatkan jadi belasungkawa.

Paradoks, Sayang.
Kehilangan dan penerimaan selalu datang beriring.

Di luar itu semua,
cuaca sedang tak menentu
mendung di kepalamu
hujan di mataku
badai sampai ke relung.











from: RatuViha (Nay)

Rabu, 09 Desember 2015

eror 404





Aku menuliskan ini dari desakan beberapa rasa yang tiba-tiba menyenggol ruang kerja kepala. Atau sebut saja, aku terlalu malu untuk memberitahumu bahwa aku rindu. Entah berapa juta detik lalu, mata kita pernah beradu, lalu merakam setiap gambarmu dalam retinaku. Jarak memang pendesak. Hingga ku alami irama sesak, itu pertanda bahwa rindu sudah beranak pinak. Dan kali ini aku mempersilahkan aksaraku untuk berbisik pelan lewat matamu.

“Aku rindu, kamu”

Selain jarak, bukankah kepastian juga tak pernah berpihak? Aku hanya menunggu hadiah dari Tuhan, kalau-kalau bisa sesekali dipertemukan. Aku hanya menunggu hari dari Tuhan, kalau-kalau hadirmu bisa kutemukan. Aku hanya menunggu sebuah keajaiban, bahwa Tuhan setuju bahwa kita dipersatukan. Apa itu doa yang terlalu tinggi? Apa aku sudah melayang jauh beribu senti dari tanah tempatku berpijak?


Aku percaya pada takdir yang dituliskan jauh-jauh hari sebelum aku dilahirkan. Aku juga percaya bahwa perpisahan diciptakan agar terciptanya lagi pertemuan. Pertemuan dan perpisahan benar saling berkaitan. Saling berpotongan satu sama lain, antara takdirku dengan takdirmu atau juga mereka. Sehingga menciptakan seseorang dengan hati setulus dan sebaik malaikat juga seseorang lainnya yang berperan sebagai antagonisnya.


Sesungguhnya tidak ada seseorang yang benar-benar jahat dan pada dasarnya setiap orang adalah baik. Hanya saja sebab duniawilah yang menghadirkan berbagai alasan untuk mengadopsi perbuatan-perbuatan yang menyakiti berbagai pihak. Dewasa yang seharusnya adalah menerima dan berikhlas hati setiap perbuatan yang tidak mengenakan hati.


Jauh di lubuk hatiku, aku masih ingin memperjuangkanmu, masih ingin menunggumu. Tapi aku bisa melihat arti tatapan itu. Tatapan yang tidak bisa aku pungkiri bahwa tidak ada rasa disana. Mungkin memang sudah dari dulu tidak pernah ada cinta untukku. Hanya imajinasiku saja yang selalu dengan egoisnya menganggap segala perlakuanmu sebagai cinta.


Aku sadar dengan segala kekurangan yang aku miliki. Mungkin aku kurang baik, aku tidak tampan, aku kurang bisa untuk membanggakan kamu di depan teman-temanmu. Atau bahkan mungkin aku kurang lucu, aku kurang aneh, dan aku kurang gila untuk bisa menghadapi segala kegilaan di dalam hidupmu.


Aku sedang rindu kamu.
Aku sedang bernostalgia dengan beberapa hal yang pernah kita lewat.
kembali membuka chatt, dan membacanya kembali.
Sungguh Aku ingin bertemu.
Aku ingin menatap mata tajammu Atau melihat tawa kecilmu.


Aku belum ingin semua ini berakhir. Ada banyak hal yang belum selesai aku lakukan, tapii....., aku fikir aku sudah tidak punya tempat untuk itu. Kamu mengisi hatimu lagi dengan pria lamamu. ketika kamu berjalan bersamanya, ada bagian hati aku yang luka, melihat kau bersamanya hati yang luka itu semakin meradang, bahkan ketika kau menangis untuknya, ohhhh Tuhan, oke ini egois. aku terlalu cemburu.

bergantung pada doa kusampaikan rinduku padamu. Agar hanya aku dan Tuhan saja yang tahu
"I love you one more time" meskipun untuk mengharapkan hal yang sama adalah hal yang mustahil.

Jumat, 04 Desember 2015

for you 38.

Hey Masalah!
kenapa kau datang padanya?
taukah kedatanganmu membuat kesedihan dan penyesalan.
lihatlah! kau telah mengubah senyum manisnya.
kau merusaknya dengan mendatangkan banyak air mata.

Dan kau sang pemilik masalah.
apa kau baik-baik saja?
tidak kah kau ingin membagi masalahmu padaku?
agar berkurang sedikit bebanmu.
mungkin aku tidak dapat membantumu, tapi percayalah aku akan menemanimu melewatinya.
itupun jika engkau mau.

andai aku memiliki sihir, aku hanya perlu mengucapkan beberapa mantra untuk mengatasi semuanya. mengembalikan mimpimu.
jangan menyerah! aku yakin kau bisa melewati semuanya. jika karna satu kali badai saja kau menyerah. bagaimana kau sampai pada tujuanmu. masih banyak badai-badai berikutnya yang akan menyerangmu. lekas bangkit dan kembali kayuh dayungmu. jalan ini masih panjang.
aku tidak bermaksud mengguruimu, tidak!

aku ingin menjadi orang yang mengulurkan tanganku ketika kamu terjatuh, bahkan aku ingin jadi orang yang menjagamu agar kamu tidak pernah terjatuh.
tapi aku melihat batas kemampuanku, aku ragu aku bisa melakukannya. aku ragu kamu mau menjadikan aku orang itu. benar aku terlalu pesimis, aku payah. aku merasa skeptis untuk sesuatu yang belum aku ketahui. aku selalu berharap kepastian, menunggu kejelasan.