Kamis, 18 Agustus 2016

content not found..

Tak perlu ku sebutkan kapan pertama kali rasa ini muncul. Namun kau sudah cukup lama jadi orang yang disanjung tinggi oleh hati. Bahkan ketika mereka membanding-bandingkanmu dengan orang yang lebih dari padamu, aku masih setia mengidolakanmu.

Kau tau, sesuatu yang tertanam itu dapat tumbuh. Begitupula dengan perasaanku yang sudah lama tertanam. Pada setiap harinya rasa ini berkembang dan merambat tumbuh hingga begitu besar. 'mungkin saat kau baca ini pasti kau akan berkata "dasar pecundang". Diiringi gelak tawamu yang menertawakan isi tulisanku.
Karena rasa yang membengkak tersebut 'sipembual' (ini sebutan untuk aku) berharap menjadi orang yang dapat menemani hidupmu. Namun perlahan aku tau harapan itu terlalu tinggi, bahkan untuk melirikpun engkau enggan. Saat itu masih kuat asa ku, aku masih percaya masih ada tempat untukku. Padahal dibeberapa kesempatan aku selalu kalah dengan orang-orang yang mencoba mendekatimu. satu hal lagi yang membuatku tersadar dari rasa yang begitu menyesakkan ini. Ilusi yang selama ini aku yakini sendiri harusnya memang tak pernah terbangun, tak pernah ada, dan tak perlu aku percaya.
Aku lupa jika rasa itu tabu, walau sebagian orang menganggapnya candu. Aku terperangkap oleh perasaan yang salah. Perasaan yang seharusnya tidak pernah ada. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada seseorang yang mati-matian berlari dari padaku. Namun bodohnya aku masih saja mengejar untuk mendapatkannya. Aku berusaha untuk menangkap angin. Astaga.

Sampai seketika aku tau bahwa perihal tentang kasih sayang yang tulus adalah mencintai tanpa perlu memiliki. Kini aku tersadar, Aku telah benar iklas. Biarkan rasa yang tertanam begitu lama gugur dan mati. Biarkan aku kehilangan orang yang aku cintai dan engkau kehilangan orang yang mencintaimu. Biar ku pertegas ; orang yang benar-benar mencintaimu.